Kamis, 11 Januari 2018
"Bangsa
yang berkarakter adalah bangsa yang kelak mampu bertahan dalam berputarnya masa"
Karakter adalah pembawaan diri
sejak seseorang dilahirkan ke dunia, kaitannya dengan etika, moral, sikap,
perilaku hingga hal tersebut membuat seorang yang satu berbeda dengan seorang
yang lainnya. Karakter yang tertanam dalam diri seseorang kelak yang akan
membawa diri dalam kehidupan bermasyarakat. Kelak akan menjadi cerminan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari. Karenanya, karakter tak hanya bicara soal ciri
atau jati diri. Melainkan perilaku pada setiap individu. Karakter tidak serta
merta terbentuk begitu saja. Pembentukan karakter dimulai sejak seseorang
berada pada usia dini dimana tahap prepatory stage dimulai. Dimana usia anak
dibawah sepuluh tahun pun sudah dapat belajar meniru apa yang ada di sekitarnya
kendati belum memahami sesungguhnya apa yang ia tirukan. Apa yang seorang anak
peroleh sejak kecil, itulah yang akan tertanam hingga kelak ia dewasa. Tak
heran bahwa mendidik anak berkarakter sedari dini merupakan investasi besar di
masa depan.
Karakter selalu bertaut dengan apa
yang kita sebut pendidikan. Ya, karena lewat pendidikan itulah karakter
ditransformasikan. Pendidikan karakter berbicara bagaimana mendidik siswa
menjadi manusia yang berkarakter yakni manusia pancasila sesuai dengan ideologi
bangsa kita, Indonesia. Tentu ini merupakan cita -cita luhur bangsa dimana kita
menginginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter dan maju.
Cita-cita hanyalah asa. Bagai pungguk rindu akan rembulan. Cita-cita itu
rasanya masih enggan atau terlampau jauh untuk kita gapai. Manusia pancasila
seolah menjadi jargon semata. Buka mata dan kita bisa lihat fakta berbicara.
Karakter bangsa seolah hilang dalam diri setiap rakyat Indonesia. Indonesia
memang kaya akan manusia yang pintar atau bahkan jenius. Namun, Indonesia
miskin manusia intelek yang berkarakter. Politikus yang pandai berorasi namun
tak memiliki rasa kemanusiaan terhadap sesama yang kelaparan. Pemerintah yang
tanpa dosa memakan jerih payah uang rakyat demi menenggak kekuasaan. Guru yang mengaku
sarjana berkualitas seakan mengajar tanpa hati. Generasi muda yang rajin
menyontek, bolos, atau bahkan terlibat narkoba. Sungguh memilukan. Namun, beginilah
potret pendidikan karakter bangsa masa kini.
Dari hulu hingga hilir. Semua terlihat
carut marut. Pendidikan karakter dianggap sesuatu yang tak lebih penting dari
pendidikan kognitif yang hanya mementingkan kecerdasan otak tanpa menaruh
perhatian pada kecerdasan emosional. Tak ayal jika pendidikan Indonesia hanya memproduksi
manusia robot. Padahal yang perlu kita tahu adalah kecerdasan emosional berpengaruh
80% terhadap kesuksesan seseorang. Kecerdasan emosional ini berkaitan dengan
karakter dalam diri seseorang. Bagaimana ia mampu beretika dengan sopan dan
santun, jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli, dan lainnya. Nilai nilai
yang ada dalam pendidikan karakter harus diintegrasikan dalam diri setiap
siswa. Tak hanya sekolah yang harus mendidik siswa. Namun, yang paling utama
adalah penerapan pendidikan karakter dalam keluarga. Dimana keluarga merupakan
lingkungan pertama sang anak memperoleh pendidikan. Para stakeholder dari unit
terkecil yakni keluarga hingga unit terbesar yakni negara harus mampu bekerja
sama dalam membangun pendidikan karakter. Semua pihak harus memiliki kesadaran
bahwa pendidikan karakter harus dimulai sedari dini, bukan hanya saat sang anak
menginjak bangku sekolah. Sehingga, ketika nilai sudah tertanam kuat, sekolah
sebagai tahap lanjutan untuk sang anak
mengembangkan diri dan mengaplikasikan karakter baik yang ada dalam diri.
Kita harus mengingat bahwa generasi
muda ialah mereka yang kelak membawa masa depan Indonesia. Dalam genggaman
merekalah Indonesia akan mampu meraih kejayaan atau justru semakin terpuruk. Di
atas pundak mereka, Indonesia mampu menjadi bangsa yang madani atau negeri yang
selalu dirundung korupsi. Ilmu tanpa budi bagai kapal tanpa nahkoda. Bagaikan
berjalan dengan mata tertutup. Takkan mengerti mana yang baik dan mana yang
buruk. Begitu pun berbudi tanpa ilmu hanya akan menjadi manusia yang dijajah
oleh masa. Akalnya akan searasa sempit.
Karenanya, kedua hal harus seimbang agar menjadi manusia cerdas nan
berkarakter. Negara yang maju berasal dari masyarakatnya yang berkarakter dan
cerdas. Masyarakat demikian berasal dari individu-individu yang berkualitas. Cerminan
diri adalah cerminan bangsa. Miniatur tiap keluarga merupakan refleksi miniatur
negara. Mulai pada diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Tak ada kata
terlambat untuk berbenah. Sekarang, untuk Indonesia yang lebih baik!
Tita
Desyara
Pendidikan
Bahasa Inggris 2015
Selamat
tahun baru, Edufriend! Gak kerasa yah sudah 365 halaman terisi cerita-cerita keseharian
yang sudah kita lalui. Hayoo Edufriend lagi bernostalgia apa aja yang udah
terjadi di tahun 2017 ini ya? Mulai dari cerita-cerita bahagia, sedih, susah,
senang, tawa, ria mulai membayangi pikiran. Tapi, pernah terpikir gak sih apa
aja yang sudah kita lakukan selama satu tahun? Mimpi dan harapan apa yang sudah
diraih?
Nah,
momen tahun baru ini bukan cuma perayaan nya aja meriah tapi merupakan waktu
yang paling tepat loh untuk memberikan evaluasi diri selama satu tahun yang
terjadi. Memang pentingnya apa ya? Melalui evaluasi diri ini, Edufriend bisa
tau hal apa aja yang udah dilakuin dan apa aja yang masih harus dicapai di
tahun berikutnya. Jadi, setiap tahunnya selalu ada tantangan yang harus
dilakukan, biar hidupnya gak gitu gitu aja ya kan? Hehe. Selain itu, evaluasi
ini penting untuk membuat resolusi untuk tahun kedepannya, karena ketika
Edufriend menentukan resolusi di tahun baru ini, secara gak langsung, Edufriend
memotivasi diri sendiri untuk bisa mencapainya.
Trus
gimana ya cara menentukan resolusi? Sebenernya hal paling utama yaitu
menententukan prioritas. Misalnya, apa sih hal utama yang mau Edufriend raih di
tahun ini, bisa travelling bareng
temen ke tempat wisata atau mungkin lulus kuliah, itu tergantung keinginan dan
kebutuhan utama Edufriend. Selama prioritas sudah ditentukan, tinggal bagaimana
cara Edufriend untuk menggapai mimpi tersebut. Resolusi ini juga membantu
Edufriend untuk belajar bertanggungjawab terhadap apa yang sudah direncanakan.
Jadi, apa nih resolusi Edufriend di tahun ini?
Neneng Halimatusadiah
Pendidikan Bahasa Inggris 2015
Ketika
kita mendengar keajaiban, kita pasti berpikir sesuatu yang magic, langka, luar
biasa, dan lain sebagainya. Adakah di dunia ini keajaiban? Dunia ini penuh
dengan keajaiban ya keajaiban dari yang Maha Kuasa, jika di hubungkan dengan
pariwisata dan pariwisata tidak lepas dari destinasi wisata. Adakah keajaiban
dunia yang dijadikan destinasi wisata? Wah, pastinya ada, yang kita kenal
sebagian besar keajaiban dunia seperti Menara Eifel di Paris, Tembok Besar di
China, Taj Mahal di India, Candi Borobudur di Yogyakarta, Indonesia.
Indonesia?
Jika berbicara tentang Indonesia, Indonesia sangatlah beragam dari mulai bahasa
daerah, suku, seni, dan budaya tersebar dari Sabang sampai Merauke, begitu juga
dengan destinasi wisatanya, banyak sekali yang terkenal diantaranya Bali,
Lombok, Manado, Papua, Aceh, dan lain sebagainya. Indonesia memiliki keajaiban
dunia yang sudah di kenal di dunia ya namanya juga keajaiban dunia yaitu Candi
Borobudur, tapi sebenarnya banyak sekali kalau mau di Eksplore salah satunya
adalah Api Abadi ? Wah dimana itu ? Neraka ? Seram sekali, amit-amit ya. Api
Abadi yang satu ini beda dari yang lainnya api abadi ini berada di Kayangan
Api. Kayangan api adalah destinasi wisata yang terletak di sendangharjo,
ngasem, dander, bojonegoro, Jawa Timur. Kayangan api adalah salah satu
keajaiban dunia yang belum tereksplore, kayangan api memiliki sumber api abadi yang
tak kunjung padam yang terletak di kawasan hutan lindung. Api ini tidak pernah
padam walaupun turun hujan sekalipun. Biaya untuk memasuki khayangan api hanya
Rp. 7500 dan Rp.1.000 untuk asuransi jiwa. Sungguh terjangkau ya harga tiket
masuknya apalagi juga terdapat asuransi jiwanya.
Kayangan Api adalah tempat
bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan
sebutan Mbah Pandhe berasal dari Kerajaan Majapahit. Di sebelah barat sumber
api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat
itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian
dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain. Sumber Api, oleh
masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api
tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah
dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengkubuwana
X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan
dan tayuban dengan menggunakan fending eling-eling, wani-wani dan gunungsari
yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo. Oleh sebab itu ketika
gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani
oleh siapapun.
Dan
pada hari-hari tertentu terutama pada hari Jum'at Pahing banyak orang
berdatangan di lokasi tersebut untuk maksud tertentu seperti agar usahanya
lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat
pusaka. Acara tradisional masyarakat yang dilaksanakan adalah Nyadranan (bersih
desa) sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa. Pengembangan
wisata alam Kayangan Api diarahkan pada peningkatan prasarana dan sarana
transportasi, telekomunikasi dan akomodasi yang memadai.
Tidak
hanya itu di kayangan api juga ada “pohon cinta”. Pohon cinta merupakan dua
pohon besar yang bergabung jadi satu membentuk semacam gerbang. Konon ini
adalah gerbang ke kayangan. Wah Ajaib sekali kan? Katanya sih, pasangan yang
melewati "gerbang" Pohon Cinta ini, akan langgeng alias cinta
pasangan akan abadi. Disekitar Pohon Cinta ini, juga disediakan tempat duduk
yang sudah dibangun. Jadi kita bisa berfoto ria disana dengan pemandangan
pohon-pohon yang sangat asri.
Selain
terdapat sumber api abadi dan pohon cinta, disekitar lokasi juga terdapat
semburan air bercampur lumpur yang mengandung belerang. Sumber mata air ini
kelihatan panas jika dilihat tapi dingin jika disentuh, sehingga yang biasa
disebut masyarakat sebagai air blukuthuk, karena menyerupai air mendidih. Dan konon,
“air blukuthuk” di percaya masyarakat sekitar maupun pengunjung dapat
menyembuhkan segala penyakit seperti sakit gigi dan gatal – gatal, dan dianggap
dapat membawa keberuntungan bagi mereka yang datang memintanya.
Anugerah
Dwi Fitriani
Usaha Jasa
Pariwisata 2015
Badan
Penyelenggara Radio Siaran ERA FM UNJ
adalah sebuah radio komunitas yang berada di bawah naungan Univesitas Negri
Jakarta. Berbasis radio kampus. Dapat dilihat dari namanya saja EraFM yang berasal dari educational radio, berarti radio pendidikan. Keseharian mereka
menyiarkan sebuah meda informasi, komunikasi, dan pendidikan yang objektif,
mendidik, menghibur, dan ikut serta mencerdaskan masyarakat UNJ. Nah, di situ juga kita bisa dapet informasi
tentang event-event musik dan acara acara anak muda lain nya.
Walau media radio ini sudah jarang yang menggunakan
dan hampir di tinggalkan itu tidak melunturkan semangat para Crew EraFM untuk melakukan kegiatan
siaran . Radio komunitas ini juga sangat gencar melakukan pendekatan terhadap
Edufriend sebutan pendengar mereka melalu media sosial.
Siapa
bilang radio itu akan mati? Buktinya masih banyak yang kehilangan radio ketika
radio dimatiin sama Presiden RI kemarin tuh. So, #RadioGueGaMati juga menjadi
bagian dari Era FM yang bisa dibanggakan karena masih banyak yang menantikan
Era FM terus mengudara pada frekuensinya. Tetap eksis di tengah pesaing-pesaing
visual yang semakin menunjukan taringnya, radio akan terus menjadi pilihan no.1
di hati masyarakat Indonesia.
Dian Atilla Saputra
Fio 2015
Senin, 01 Januari 2018
72
Tahun sudah Indonesia merdeka. Namun, apakah kita merasakan apa arti
‘kemerdekaan’ itu?. Sejarah mencatat Indonesia melepaskan kekangan dari
penjajahan dengan memerdekakan diri sendiri saat itu. Namun kini, apakah kita
masih merasakan kemandirian dari perjuangan tak kenal belah kasih itu?. 89
tahun yang lalu para pendahulu kita bersumpah bahwa Bangsa Indonesia satu.
Namun sekarang, apakah kita masih terasa ‘satu’?
Sungguh
miris ketika kita menengok kebelakang melihat perjuangan para pahlawan Bangsa
yang berkorban apapun demi Bangsa, namun apakah kita sadar saat ini kita malah
berkorban demi apapun meskipun Bangsa yang dikorbankan. Terlalu ironis ketika
tanah yang diperjuangkan secara bersama-sama untuk kemaslahatan Bangsa, namun
kini tanah yang diperjuangkan ternyata ‘masih’ bukan milik kita. Menyedihkan
memang ketika semangat yang dahulu digunakan sebagai bahan bakar pemersatu
Bangsa, namun sekarang semangat itu digunakan untuk memecah belah Bangsa.
Apakah
kita masih bisa tertawa ketika kita menyadari bahwa saat ini setiap tawa kita
menzalimi setiap tetes darah pendahulu kita?. Masih bisa ternyenyak meski sadar
sudah mendustakan sumpah para pendiri Bangsa?. Menyia-nyiakan setiap nyawa yang
dikorbankan demi hari ini?. Apakah masih mau berusaha menutup mata meski
realita pedih ada didepan kita?. Menutup telinga meski jeritan kenyataan
menggelora disekitar kita?. Menutup hidung meski bau-bau kebusukan penoda
kesatuan Bangsa hadir didepan batang hidung kita?. Apakah kita mau tetap diam
saja dengan kondisi seperti itu? Apakah kita sudah tidak punya hati untuk
tergerak? Apakah hati juga kita ‘gadaikan’ seperti Bangsa saat ini?
Ada
dua pilihan saat ini. Hanya diam dan menerima ‘seperti’ orang bodoh atau
memilih melawan karena tahu kita bodoh. Atau malah menjadi orang bodoh dengan
menambah satu pilihan lain yaitu masa bodoh saja pura pura jadi orang bodoh.
Namun, apakah kita siap untuk itu? Memilih antara diam, melawan atau menetapkan
diri menjadi simbol kebodohan itu.
Selalu ada pilihan-pilihan lainnya, selalu ada alasan dan alibi yang
bisa dipilih untuk menyangkalnya. Namun, apakah kita siap untuk apa yang kita
pilih?. Pilihlah, untuk dirimu? atau untuk Bangsamu?
Iqbal
Syafputra
Pendidikan
Teknik Elektro
2015